Entri Populer

Kamis, 30 Oktober 2014

Kamu dan Aku : Dulu, Kini, dan Nanti


Gambar di atas merupakan potongan video singkat karya teman saya, mahasiswa pertanian. Kamu adalah tanaman dan aku adalah mungkin yang sedang menulis ini. Ada sebuah semangat untuk menjagamu sekarang. Ya, kamu yang sudah luar biasa hebat untuk aku. Kamu, ya kamu, tetaplah percaya padaku dan aku yang lain. Kita akan segera bersama dalam kebahagiaan yang sesungguhnya. Ya, kamu dan aku nantinya akan lebih bahagia dibanding dulu dan kini.

video yang lebih lengkap bisa diakses di :


Kamu dan Aku : Dulu, Kini, dan Nanti
https://www.youtube.com/watch?v=e0-y4mHUhnc

Semoga aku cepat bangun dan tersadar akan kehebatan kamu. Kamu yang terhebat untukku dari Dia pemilik dunia ini.

Minggu, 26 Oktober 2014

Kolam Pemancingan Pak Ijah

Suasana Kolam Ikan Pak Ijah, Desa Cikarawang
      
           Bagi Anda yang memiliki hobi memancing, sesekali mancinglah di tempat ini. Terdapat 2 buah kolam, satu kolam cukup besar ukuran sekitar lima kali tiga meter untuk memancing dan kolam kecil sekitar satu kali dua meter sebagai tempat ikan. Sejumlah ikan akan dimasukkan ke kolam besar sesuai sejumlah uang yang kita bayarkan. Bila ikan tertangkap kita boleh membawa, namun bila tidak, kita boleh meminta ikan yang ada di kolam kecil. “Kalo ga dapat mancing  kita boleh mendapat ikan, namun kita juga mendapat muka merah” ujar seorang bapak yang sedang asik memancing, yang disambut gelak tawa kami.
        Kolam ikan terletak di depan rumah warga bernama Pak Ijah. Air kolam berwarna cokelat namun terlihat tidak ada sampah karena dilakukan penyaringan pada parit kecil sebagai sumber air. Kelaman kolam besar sekitar satu meter. Air dari parit dekat kolam dialirkan ke tengah kolam sehingga menghasilkan gelembung yang berfungsi seperti aeorator. Ikan mas dan ikan Lele, kedua jenis ikan yang ada di kolam ini.
Bu Ijah istri pemilik kolam, mengatakan beberapa mahasiswa IPB sering memancing di kolam. Kalo Anda ingin memancing, Anda harus membawa alat pancing dan umpan sendiri. Siang ini, kami melihat beberapa orang yang semangat memancing. Tidak hanya bapak-bapak, kami juga melihat ibu-ibu turut memancing. Sesekali terdengar teriak kecil karena umpan termakan namun ikan tak dapat jua. Ya, sepertinya orang yang mancing memang harus mekiliki ekstra kesabaran.

Lanjut Menelusur Desa
Perjalanan tim menelusuri Desa mengalir mengikuti jejak kaki melangkah. Tidak ada target responden untuk mengetahui dimana Pancuran. Setiap masyarakat bisa menjadi responden, begitu pun ketika sampai di kolam ini. Istri pak Ijah mengatakan masih menggunakan air Pancuran untuk minum. Setiap hari ia menjijinjing sejumlah air dari Pancuran ke rumahnya. Apalagi saat musim kemarau seperti sekarang, banyak warga yang menggunakan Pancuran untuk kebutuhan air sehari hari. Disayangkan, karena Pancuran yang dimaksud tidak memiliki nama. Masyarakat hanya menyebutnya Pancuran.
Cerita awal kami sampai di kolam ini setelah kami melewati rumpun bambu dengan kiri kanan batu nisan. Saya merasakan sejuknya udara karena kami berada di rumpun Bambu. Sesaat, kami melihat seorang Ibu sedang mencuci bersama anak perempuan yang sepertinya masih balita. Kami kira sumber air yang digunakan Ibu termasuk air Pancuran. Kami telusur ke sumber aliran dan ternyata air tidak keluar dari tanah seperti Pancuran lainnya. Air tersebut mengalir dari sebuah kolam ikan. Ya, sebut saja Kolam Pemancingan Pak Ijah.


Oleh Suki.

Materi Menulis

Menulis adalah seni. Banyak cara untuk meningkatkan kemampuan menulis, salah satunya dengan memahami materi terkait kepenulisan. Berikut beberapa materi yang didapat dari sumber PENA dengan pengarang Farid Gaban. Harapannya, kita semakin bersemangat dalam menulis karena mengetahui dan berusaha memahami materi menulis... Selamat mengunduh dan membaca : )

Menulis Esay

Cerita Lain (1) Menelusuri Desa Cikarawang

Tumbuhan Apa Ini?

Berbincang dengan masyarakat Cikarawang

Saat di lapangan, banyak cerita menarik yang kami alami. Ini terjadi karena kami berinteraksi dengan masyarakat mengenai sesuatu hal yang menurut kami menarik. Salah satunya, kami bertemu dengan seorang Bapak yang membawa alat pemotong rumput dengan menggenggam sebuah kantong plastik berisi tanaman. Peristiwa menarik ini terjadi ketika kami beristirahat sejenak di rumah Dodi.

Lalu saya membuka percakapan, “Pak, itu untuk apa?” sambil saya menunjuk plastik di genggamannya. Bapak itu menjawab, “Ini untuk saya tanam, ini saya peroleh dari tetangga sebelah.” Percakapan pun berlanjut. Bapak itu menerangkan bahwa tumbuhan ini diperoleh dengan mencabut anakannya dari tumbuhan indukannya. Anakan itu tumbuh di sekitar tumbuhan induknya.

Beliau menjelaskan, sangat mudah untuk menanamnya, yaitu cukup menggali tanah lalu menanam dan menyiramnya seperti menanam tumbuhan lainnya. Lalu beliau menawarkan apakah kami mau tumbuhan tersebut? Tanpa ragu kami menjawab “mau pak!” Beliau mempersilakan kami untuk membawa seluruhnya, meski akhirnya kami cukup membawa 4 anakan.

Tumbuhan yang sudah besar pemberian warga Cikarawang

Yang harus diperhatikan adalah jarak tanam karena tumbuhan ini dapat tumbuh besar dengan daun melebar dan dapat setinggi sekitar satu meter. Bapak menyarankan kami untuk memberikan jarak tanam sekitar satu setengah sampai dua meter. Menurutnya, tumbuhan ini dapat tumbuh cepat saat musim hujan. Saat saya tanyakan apa nama tumbuhan ini, Bapak tersebut tidak mengetahui namanya. Beliau menunjukkan kami untuk melihat secara langsung, tumbuhan ini yang sudah besar di halaman tetangga sebelah. Kami ikuti arahan beliau, Amboy!! Bagus sekali tumbuhan ini bila besar kelak.

Sesungguhnya, saya masih penasaran apa nama tumbuhan ini. Bahkan saya pribadi baru pertama kali melihat tumbuhan seperti ini. Tumbuhan ini bukan pohon, karena yang saya tahu pohon itu berkambiun. Morfologi daun atau bentuk daun ini yaitu tulang daun sejajar, setiap daun meruncing ke atas dan setajam jarum pada ujung atas nya. Saya mengatakan setajam jarum karena saya merasa seperti tertusuk jarum ketika menyentuh ujung atasnya.


Daunnya berwarna hijau muda dengan tepinya berwarna kuning menyala. Tidak ada bunga pada tumbuhan ini. Yang menarik perhatian saya terhadap daun ini adalah komposisi letak jarak antara daun seimbang, daun melebar dan seolah mekar berbentuk mahkota. Warnanya yang terang menyala dengan terlihat seperti lapisan lilin mengkilat di daun bagian atas. Terima kasih pak telah memberi kami tumbuhan ini. Pekarangan sekret, adalah tempat anakan ini akan tumbuh besar dan mempercantik halaman rumah kami. 

oleh Suki

Menelusuri Mata Air

Sungai Ciapus, berada di sebelah Utara Desa Cikarawang

Potensi sumber daya air merupakan keunggulan desa Cikarawang. Berapa Jumlah Mata Air di Desa Cikarawang? Adalah pertanyaan yang belum terjawab, setelah bulan mei lalu kami menggali potensi sumber air baca Bercerita Air, Sosial dan Masyarakatnya..
Minggu 26 Oktober, kami berencana kembali berkegiatan di Desa Cikarawang. Suasana panas terik matahari tidak meyurutkan semangat kami untuk berkegiatan hari ini. Tidak ada proposal ataupun rencana yang sangat rigit, mengapa kami mau berkegiatan di Desa Cikarawang? Bagi saya, berjalan berkeliling sambil ngobrol dengan masyarakat Desa, adalah suatu kebutuhan. Kebutuhan untuk belajar mengenal lingkungan sekitar lebih dekat.
Air itu penting bagi kehidupan manusia untuk tumbuh dan berkembang. Kepentingan ini harus diimbangi dengan ketersedian air yang ada. Salah satu cara untuk mengimbanginya yaitu dengan kepedulian akan lingkungan sekitar. Mengapa? Karena lingkungan sekitar adalah lingkungan yang paling dekat yang akan menjadi daya dukung untuk kehidupan kita.
Kepedulian kita terhadap lingkungan sekitar akan muncul ketika kita mengetahui kondisi langsung di masyarakat. Caranya yaitu dengan langsung berjalan menelusuri tempat masyarakat tinggal. Kepedulian itu baik dimulai dari diri sendiri, dari waktu secepatnya dan dari lokasi sekitar. Kami tinggal di Kabupaten Bogor kecamatan Dramaga. Salah satu Desa di Dramaga yaitu Desa Cikarawang yang lokasinya sangat-sangat dekat dengan kampus Pertanian tertua di Indonesia. Berdasar hasil diskusi dengan Bapak Sapturi Kepala Desa Cikarawang, beliau sangat senang bila ada mahasiswa yang mengkaji tentang air di Desanya.

Senin, 13 Oktober 2014

Perlindungan Manusia Melalui Perlindungan Tanaman


           
Manusia dan tanaman adalah dua makhluk yang berbeda. Manusia diberikan banyak kelebihan dibanding tanaman. Manusia dibebaskan bergerak sedangkan tanaman seperti yang diketahui tak banyak bergerak. Tanaman itu bergerak dengan caranya dan sangat menakjubkan setiap kali melihat sebuah benih yang menjadi tanaman besar yang mampu melindungi manusia dari panasnya terik matahari. Tanaman terlahir untuk manusia dan manusia pun terlahir untuk merawat dan menyelamatkan tanaman. Melindungi tanaman sama dengan melindungi manusia itu sendiri.
        Ada sebuah istilah yang mengatakan benih itu suatu hal yang luar biasa. Dari satu bulatan dengan berbagai bentuk, entah yang kecil sebesar biji sawi sampai dengan tunas kelapa yang menjadi lambang pramuka Indonesia. Benih menjadi cikal bakal adanya sebuah tanaman besar yang memberikan sebuah janji manusia akan tetap hidup dengan makanan yang cukup. Tanaman menghasilkan daun yang bisa dimakan, buah yang asam, manis hingga pahit, bunga yang indah bermekaran di musim tertentu, dan batang yang kuat untuk dijadikan bahan baku tempat berlindung. Getahnya pun sangat berarti untuk alat transportasi kita di masa modern. Tanaman terlahir untuk memberikan apa yang dia punya untuk manusia. 
          Namun, apakah yang dilakukan manusia untuk tanaman itu sendiri? Kita sadar membakar hutan itu salah, tapi tak ada lagi lahan yang bisa ditanami sawit kalau hutan itu tak dibakar. Kita sadar butuh tanah untuk ditanami, namun semen dan keramik lebih terlihat elok untuk banyak orang. Kita sadar harga lahan pertanian itu harusnya mahal, namun dengan dalil produktivitasnya yang rendah dapat dengan mudah dijumpai lahan pertanian yang beralih fungsi menjadi kantor, perumahan, bahkan pabrik yang mengeluarkan asap dan limbah setiap malam. Kita sadar kalau itu menyakiti tanaman yang tetap tak melawan. Mungkin karena tak melawan kita masih berani melakukannya dengan dalih memajukan kesejahteraan manusia.
          Tanaman tak akan pernah melawan. Dia bertahan melawan semua yang kita lakukan dengan sekuat tenaganya. Tanaman terus menghasilkan apa yang seharusnya dihasilkannya untuk keberlanjutan manusia. Tanaman terus berdaun, menghasilkan buah, dan menancapkan akarnya sekokoh mungkin agar tidak dapat ditumbangkan. Tanaman tetap ada untuk manusia walau banyak keburukan yang kita lakukan. Manusia.
          Tanaman ada untuk dilindungi, namun sepertinya tanaman sudah lebih tahu cara melindungi dirinya dengan sedikit bergerak dan banyak bertindak dengan caranya. Manusia ada untuk melindungi dengan akal-pikirannya, namun ia tak begitu tahu antara batas memanfaatkan atau mengeksploitasi. Manusia dapat dilindungi dengan perlindungan tanaman itu sendiri. Mari lebih peduli dengan tanaman di sekitarmu.

Note :
Pangan bukan hanya soal makan anak-cucu kita nanti, melainkan soal keadaan alam ini kita nanti. Alam Indonesia yang indah ini jangan sampai hanya menjadi legenda untuk anak-cucu kita 10-20 tahun ke depan.

Bogor, 13 Oktober 2014
Ulfah Hafidzah Gerakancintaanaktani

Selasa, 30 September 2014

Refleksi Diri Berbicara Pertanian


Lagi lagi diskusi membahas pertanian. Bagi saya ini adalah refleksi diri. Hari ini pada kelas menulis perdana (Sabtu 6 September 2014), narasumber M Riza Febriano memberikan pandangan kondisi kekinian pertanian di Indonesia. Saya menangkap  apa yang disampaikan beliau, bahwa kini pertanian di Indonesia mengalami krisis multidimensi, artinya pertanian mengalami krisis dari berbagai segi aspek, diantaranya kebijakan pemerintah yang kurang mendukung sektor pertanian, peran institusi pendidikan yang tidak mendekatkan mahasiswa terhadap realita pertanian dan rasa percaya diri kita 'yang lemah' melihat kondisi pertanian.

Selanjutnya, Riza menerangkan bahwa pertanian merupakan penciptaan ekosistem baru untuk penyediaan bahan pangan. Jadi, mau tidak mau setiap individu harus 'peduli' terhadap pertanian, bagaimanapun buruk baiknya kondisi pertanian saat ini. Alasannya sangat sederhana, bahwa setiap orang membutuhkan makanan, dan makanan itu hanya bisa diperoleh bila ada pertanian.

Lalu pertanyaan yang muncul, apa yang dapat kita lakukan? Peserta diskusi, mba Itok menanggapi, kita dapat memulai aksi nyata dimulai dari hal yang mudah. Sebagai contoh mencoba menanam cabe di pot dan mendatangi petani yang ada di sekitar kita (melihat sawah). Intinya adalah mari bergerak aksi, tidak terus melakukan kajian-kajian namun tidak melakukan aksi.

Ayo beraksi di sektor pertanian, dimulai dari kajian, berdiskusi, dan mencoba memulai dari hal yang mudah yang bisa dilakukan diri kita sendiri. Yang bagi saya, ini adalah refleksi diri.


Oleh : Suki

Selasa, 23 September 2014

PENANGKAP HIU DI LOMBOK TIMUR



Penangkapan hiu merupakan salah satu aktivitas yang sulit dihilangkan dari kebiasaan nelayan yang berada di Tanjungluar, Lombok Timur. Penangkapan hiu sudah mulai dilakukan sejak dahulu di Tanjungluar, bahkan penangkapan hiu merupakan salah satu penangkapan utama di daerah tersebut. Mereka  belajar menangkap hiu secara tradisional yang diajarkan oleh nenek moyang mereka. Hingga sekarangpun mereka masih menggunakan peralatan tradisional yang sederhana untuk menangkap hiu yaitu dengan menggunakan alat tangkap pancing ulur yang sederhana dan kapal yang hanya berukuran kurang dari 5 GT. Menurut nelayan disana hiu banyak terdapat di daerah tersebut, bahkan jaring untuk menangkap ikan selain hiu juga mendapatkan hiu dalam jumlah banyak. Mereka mengira bahwa daerahnya merupakan salah satu tempat berkembangbiaknya hiu. Oleh karena itu penangkapan hiulah yang menjadi tangkapan utama di daerah tersebut.

Gambar. Hiu martil (Sphyrna lewini) yang 
banyak tertangkap di Lombok (Foto oleh Ebie)
Sekarang penangkapan hiu menjadi sebuah permasalahan di dunia. Banyak LSM-LSM yang mulai melakukan aksi untuk mencegah penangkapan hiu di seluruh dunia. Dari berbagai macam jenis hiu ada beberapa hiu yang  sudah mengalami eksploitasi berlebihan sehingga keberadaannya di alam dinyatakan hampir punah. Menurut IOTC (2013) jenis hiu martil atau Sphyrna lewini dan Allopias pelagicus atau hiu tikus merupakan salah satu hiu yang hampir punah keberadaannya di dunia. Namun nelayan tidak peduli dengan keberadaan hiu-hiu yang hampir punah tersebut. Bagi mereka hiu yang sudah jarang ditemukan merupakan hiu yang mahal harga jualnya ke industri-industri pengumpul sirip hiu. Hiu masih mereka tangkap selama hiu yang ada di perairannya masih banyak dan berlimpah, beda halnya jika lumba-lumba yang tertangkap biasanya jika lumba-lumba tertangkap oleh jaring mereka akan dikembalikan lagi ke alam dan ada juga beberapa nelayan nakal yang akan diambil kemudian mereka melakukan transaksi oleh kapal asing di tengah laut.

Minggu, 21 September 2014

Wajah pertanian dan Refleksi diri

Katanya zamrud khatulistiwa
Nyatanya kilau air mata
Katanya serpihan surga
Nyatanya oh .. (Iwan Fals – Katanya)

Semakin hari isu-isu pertanian terus digulirkan dan digaung-gaungkan,Tak aneh dan tak heran  pembahasan masalah pertanian yang sering terdengar adalah mengenai nasib para buruh tani, tengkulak yang sewenang-wenang, kebjiakan pemerintah yang tidak pro rakyat, alih fungsi lahan, dll. Sepertinya banyak lagi jika permasalahan-permasalahan tersebut diuraikan lebih detail dan rinci. Saya kira itu tidak perlu dijabarkan, karena saya yakin konsep beserta solusinya telah dibuat oleh para ahli dan stakeholder di bidang pertanian. Sekarang pertanyaannya, mengapa langkah-langkah nyata penataan pertanian Indonesia belum terasa?

    Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan diatas sepertinya perlu ada sedikit brainstorming mengenai wajah pertanian tempo doeloe. Jika saya mengingat  masa kecil, saya jadi teringat bagaimana kita mengagung-agungkan betapa subur dan kayanya tanah air Indonesia. Masih ingat dengan kata-kata ini? Zamrud khatulistiwa-gemah ripah loh jinawi-toto tentrem kerto raharjo-Negara agraris. Ditelaah lebih jauh, ternyata memang benar nenek moyang kita telah berkecimpung di dalam dunia pertanian dari masa berburu, meramu, dan bercocok tanam. Sebenarnya masih banyak pembahasan mengenai kejayaan pertanian pada masa lalu.

Ngobrol Pertanian

Catatan Mba Rita (Itok) pada Kelas Menulis, Sabtu 13 September 2013
Peserta Kelas Menulis perdana BWYC 'Bogor Writers Youth Camp'

Gak terlalu sering kegiatan seperti ini dilakukan. Sekumpulan anak muda berkumpul untuk ngobrol satu topik tertentu. Dafid Suki dan Nike Husen yg jadi seksi sibuk. Pertemuan ini tidak berbayar. Peserta ngongkos masing-masing. Yang jadi host kegiatan adalah Samdhana yg concern dengan isu peningkatan kapasitas diri anak muda agar lingkungannya lebih baik. Ini salah-satu bentuk dukungannya.
Bukan sembarang ngobrol, karena ini menyangkut jati diri bangsa yang katanya negara agraris. Yang bikin unik kegiatan ini karena setelah ngobrol, dengerin narasumber (narsum), dengerin pertanyaan sesama peserta, saling menjelaskan, lanjut praktik langsung. Yes, menulis! Narsum-nya juga unik. Adalah praktisi langsung. Bukan yang biasa diundang di gedung dan training-training di hotel. Tapi biasa ngobrol sama petani. Kebetulan juga latar belakang kedua narsum adalah anak sekolahan. Jadi bisa paham bingitt bagaimana sulitnya persoalan pengembangan pertanian yang sedang kita hadapi saat ini.
Peserta yang hadir datang kebanyakan mahasiswa. Beberapa sudah menyelesaikan tugas kemahasiswaannya atau kembali mendaftarkan diri menjadi mahasiswa. Mungkin belajar formal 4 tahun dirasa tidak cukup, jadi perlu ditambah lagi.
Emang sih sekolah tuh asyik, melenakan, ketemu orang baru dari berbagai provinsi, tangan tidak langsung kotor belepotan tanah karena memang kebanyakan ngurusin buku dan huruf. Kita menyebutnya itu kerja teori. Prof Sajogjo (alm), Bapak Sosiologi Indonesia pernah menulis artikel, Teori yang Berpraktik dan Praktik yang Berteori. Saya memahaminya bahwa kita harus seimbang antara teori dan praktik, yin-yang, siang-malam.
Del Anno nama keren facebook Kak Riza, narsum pertama yang mengantar peserta memahami sejarah pertanian dan persoalan kekinian. Sebuah ekosistem buatan yang ditujukan untuk pengadaan kebutuhan pangan manusia, itulah batasan pertanian. Saking pentingnya nih isu pertanian, maka negara turut hadir dalam berbagai intervensi melalui subsidi benih, pupuk, dan pemasaran. Negara-negara maju bahkan menggelontorkan ribuan dolar dananya agar produk pertanian bisa diserap di berbagai dunia berkembang. Indonesia saja yang mengklaim negara agraris terkenal pengimpor berbagai produk pertanian.

Rabu, 21 Mei 2014

Berbagi Pengalaman dan Pengetahuan Lewat Tulisan Air

Menyambut inisiatif baik yg dilakukan Suki dkk. untuk membuat sebuah blog air. Posting status di medsos sebenarnya sudah menulis juga. Sayangnya medsos sulit dicari karena cara penampilannya yg basisnya timeline. Postingan di blog akan mudah dipanggil saat diperlukan. Selain sebuah dokumentasi tapi juga bisa jadi pembelajaran buat orang lain yg membacanya.

Senyum Ceria Anggi, Bucil, dan Ponti (kiri ke kanan)
setelah Mulung bersama KPC (Kelompok Peduli Ciliwung)
Yg unik dari blog ini adalah mengundang banyak penulis untuk menjadi kontributornya. Ajang yg baik untuk saling belajar dan mengasah kemampuan diri dalam mengembangkan budaya menulis.

Kamis, 15 Mei 2014

Blog Pemerhati isu Lingkungan

Salam Lestari! Lestari Lingkunganku...

Sungai Ciliwung yang berada di dekat lapangan Sempur, Bogor.
Lingkungan melingkupi berbagai aspek, antara lain pertanian, sumber daya alam termasuk air. Air merupakan sumber penghidupan untuk kehidupan. Bagi teman-teman yang ingin berbagi cerita mengenai air, sungai, segala sesuatu yang berkaitan dengan air, silakan bergabung dengan blog ini. 

Menulis adalah suatu seni kreativitas. Berbagi tulisan menginspirasi banyak orang. Tulisan yang terkumpul, menginspirasi banyak orang untuk berbuat sesuatu terhadap lingkungan sekitarnya.

Kita bisa ngobrolin air di dalam  gua, air laut, air hujan, air danau, air tanah, maupun air dalam bentuk lain misal air uap, air embun atau air dalam bentuk padatan yaitu salju.

Selain sumber air, dapat berupa pemanfaatan sumber daya air tsb, stakeholder yang terkait, mitos keberadaan air, dan bagaimana menjaga kelestarian air. Tulisan dapat berupa liputan lapangan, opini, ataupun hasil kajian teman-teman. 

Ayo berbagi  tulisan dengan tema AIR.

Salam Lestari kawan...