Suasana Kolam Ikan Pak Ijah, Desa Cikarawang |
Bagi
Anda yang memiliki hobi memancing, sesekali mancinglah di tempat ini. Terdapat
2 buah kolam, satu kolam cukup besar ukuran sekitar lima kali tiga meter untuk
memancing dan kolam kecil sekitar satu kali dua meter sebagai tempat ikan. Sejumlah
ikan akan dimasukkan ke kolam besar sesuai sejumlah uang yang kita bayarkan.
Bila ikan tertangkap kita boleh membawa, namun bila tidak, kita boleh meminta
ikan yang ada di kolam kecil. “Kalo ga dapat mancing kita boleh mendapat ikan, namun kita juga
mendapat muka merah” ujar seorang bapak yang sedang asik memancing, yang
disambut gelak tawa kami.
Kolam
ikan terletak di depan rumah warga bernama Pak Ijah. Air kolam berwarna cokelat
namun terlihat tidak ada sampah karena dilakukan penyaringan pada parit kecil
sebagai sumber air. Kelaman kolam besar sekitar satu meter. Air dari parit dekat kolam dialirkan ke tengah kolam
sehingga menghasilkan gelembung yang berfungsi seperti aeorator. Ikan mas dan ikan Lele, kedua
jenis ikan yang ada di kolam ini.
Bu Ijah istri
pemilik kolam, mengatakan beberapa mahasiswa IPB sering memancing di kolam. Kalo
Anda ingin memancing, Anda harus membawa alat pancing dan umpan sendiri. Siang
ini, kami melihat beberapa orang yang semangat memancing. Tidak hanya
bapak-bapak, kami juga melihat ibu-ibu turut memancing. Sesekali terdengar
teriak kecil karena umpan termakan namun ikan tak dapat jua. Ya, sepertinya
orang yang mancing memang harus mekiliki ekstra kesabaran.
Lanjut Menelusur Desa
Perjalanan tim
menelusuri Desa mengalir mengikuti jejak kaki melangkah. Tidak ada target
responden untuk mengetahui dimana Pancuran. Setiap masyarakat bisa menjadi
responden, begitu pun ketika sampai di kolam ini. Istri pak Ijah mengatakan masih
menggunakan air Pancuran untuk minum. Setiap hari ia menjijinjing sejumlah air dari
Pancuran ke rumahnya. Apalagi saat musim kemarau seperti sekarang, banyak warga
yang menggunakan Pancuran untuk kebutuhan air sehari hari. Disayangkan, karena
Pancuran yang dimaksud tidak memiliki nama. Masyarakat hanya menyebutnya
Pancuran.
Cerita awal
kami sampai di kolam ini setelah kami melewati rumpun bambu dengan kiri kanan batu
nisan. Saya merasakan sejuknya udara karena kami berada di rumpun Bambu.
Sesaat, kami melihat seorang Ibu sedang mencuci bersama anak perempuan yang sepertinya
masih balita. Kami kira sumber air yang digunakan Ibu termasuk air Pancuran. Kami
telusur ke sumber aliran dan ternyata air tidak keluar dari tanah seperti
Pancuran lainnya. Air tersebut mengalir dari sebuah kolam ikan. Ya, sebut saja
Kolam Pemancingan Pak Ijah.
Oleh Suki.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar